Ketapang, 15 Maret 2014
Kebanyakan burung bermigrasi yang datang dan melalui Ketapang setiap tahunnya memiliki pola migrasi yang jelas dengan akurasi waktu dan tempat yang hampir bisa dipastikan. Hal tersebut tentu dipengaruhi berbagai faktor antara lain pergantian musim, angin, cuaca, ketersediaan pakan, dan habitat.
"Berbeda dengan jenis burung yang satu ini, belum banyak informasi yang dapat kita kumpulkan tentang keberadaannya!" kata Erik Sulidra, ketua BSYOK.
Burung yang dimaksud adalah jenis dari Cekakak (family Halcyonidae), yaitu Cekakak belukar atau dalam nama Inggrisnya White-throated Kingfisher (Halcyon smyrnensis). Burung tersebut baru beberapa kali terlihat di wilayah kabupaten Ketapang. Jenis ini tersebar di Eurasia, mulai dari Bulgaria, Turki, Asia barat, India hingga ke Filipina.
"Pertama kali terlihat pada akhir november 2008 di Pematang Gadung, saat itu kami melakukan pengamatan bersama Bas Van Balen, selanjutnya, di awal 2013, terlihat di Tuan-tuan, awal 2014 terlihat lagi di Pematang Gadung masing-masing hanya satu individu. Dan di pertengahan Februari ini saya melihat 3 individu di sekitar Danau Buntar, Kecamatan Kendawangan - kecamatan paling selatan di Ketapang!" jelas Abdurahman Al Qadrie, dari KBK.
Temuan ini masih menimbulkan spekulasi tentang apakah burung ini penetap atau migran? Menurut Abdurahman sendiri, kemungkinan migran, karena tidak ditemui pada bulan-bulan yang lain. Umumnya burung air bermigrasi antara akhir agustus hingga april. Jenis ini memang sedikit sekali jumlahnya hingga tidak menutup kemungkinan luput dari pengamatan.
Jenis cekakak yang bersaudara dekat dengan Cekakak endemik Jawa ini (Halcyon cyaniventris), merupakan jenis yang dilindungi walau statusnya masih dinyatakan beresiko rendah (LC). Perlindungan tersebut diatur menurut Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999. Namun demikian, keterancaman akibat perubahan pungsi lahan basah membuat banyak dari jenis burung air mengalami kepunahan secara perlahan-lahan.