Smooth-coated otter (Lutrogale perspicillata)
Ketapang, 15/11/2012, KBK
Wilayah Kabupaten Ketapang yang berdampingan dengan laut, serta memiliki banyak aliran sungai menjadi keistimewaan sendiri bagi keragaman hayati untuk hidup dan berkembang. Berbagai jenis satwa unik yang luput dari pengamatan selama ini juga menjadi warna tersendiri. Misalnya berang-berang, karnivora yang mendiami lahan basah ini semakin jarang ditemukan, demikian kata Abdurahman Al Qadrie, dari Ketapang Biodiversity Keeping (KBK) yang selama ini konsen pada pendataan spesies yang ada di Ketapang.
Beberapa waktu yang lalu (4/11/2012), dia bersama teman-teman yang tergabung dalam Ketapang Photographer Community (KPC) dan Birding Society of Ketapang (BSYOK) saat melakukan perjalanan ke Pulau Sawi, menemukan sekelompok berang-berang dari jenis yang langka. Bukanlah faktor kebetulan, sebelumnya memang sudah di informasikan nelayan setempat tentang keberadaan hewan tersebut. Demi untuk memastikan berang-berang dari jenis yang mana, untuk itu mereka ke lokasi untuk menyaksikan langsung dan mengambil foto.
Smooth-coated otter, atau Lutrogale perspicillata, adalah merupakan jenis berang-berang satu-satunya dari genus Lutrogale, populasinya mengalami penurunan akibat tekanan habitat, terutama semakin berkurangnya lahan basah. Status perlindungannya adalah rentan (vulnerable), sementara di India ditetapkan sebagai Terancam Punah (endangered). Makanan utamanya adalah ikan, sehingga penggunaan pestisida pada perairan menjadi hal yang sangat mengancam kelangsungan hidup jenis ini.
Tersebar mulai dari selatan Pakistan, India, dan Asia tenggara. Terdapat sedikit populasi di Iraq. Di Indonesia hanya terdapat di Pulau Sumatera dan bagian barat Pulau Jawa. Di Kalimantan (Borneo) hanya pernah tercatat di Sabah, Sarawak, dan Kalimantan Timur.
"Sebenarnya jenis ini cukup umum di Ketapang, hanya sangat jarang untuk bisa dilihat. Masyarakat sering menyebutnya sebagai anjing laut!", kata Andre, yang juga pernah melihat jenis ini di sekitar Selat Bilik, Kendawangan.
Abdurahman juga membenarkan, dia sendiri pernah melihat di beberapa tempat, misalnya, di Pematang Gadung pada tahun 1999 dan 2002, di Hutan Kota dan di Pelang pada tahun 2011, di Sungai Jawi pada awal 2012 dan di Pulau Sawi pada 4 Nopember 2012. "Tentu menjadi pengalaman yang menarik, ketika kita menemukan satwa yang dianggap tidak ada sebarannya di sini (Kalimantan Barat-red), apalagi dinyatakan sebagai jenis yang langka, hanya bagaimana kontribusi kita terhadap keberadaan mereka, agar tetap lestari !" tambahnya.