Senin, 28 Januari 2013

Catatan Baru Penemuan Ibis

Ketapang, 28/01/2013/KBK

     Dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Asian Waterbirds Census (AWC) 2013 ini, Ketapang Biodiversity Keeping (KBK) bersama komunitas pengamat burung Ketapang BSYOK (Birding Society Of Ketapang) melakukan pengamatan dan pendataan jenis yang masih terlihat hingga 24 Januari ini. 
     Burung-burung air bermigrasi, biasanya telah meninggalkan tempat berbiak di akhir agustus setiap tahunnya. Mereka mencari ketersedian pakan dan suhu yang lebih hangat. Dan akan kembali lagi ke tempat berbiak pada April hingga Mei. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui jenis apa saja yang masih bertahan di Ketapang selama musim migrasi, jelas Abdurahman Al Qadrie, Ketua KBK.
     Diantara burung-burung air yang bermigrasi, terdapat juga jenis resident (penetap-red). Burung jenis ini tentunya berada sepanjang tahun, sehingga sangat mudah diamati. Namun demikian, beberapa jenis penetap  merupakan burung yang langka secara lokal, walau sebarannya cukup luas di seluruh dunia.
     "Hal yang paling menarik pada pengamatan kali ini adalah kami bisa mengamati seekor burung "Glossy Ibis" atau nama ilmiahnya dikenal sebagai Plegadis falcinellus!" kata Erik Sulidra, dari BSYOK. Menurut dia, ini merupakan keberuntungan luar biasa, karena selama pengamatan baru terlihat kali ini.
     Jenis Ibis yang memiliki warna bulu mengkilap gelap dan paruh melengkung khas ini, merupakan burung yang langka secara lokal, menurut catatan dalam buku panduan Pengamatan Burung Sunda Besar, bahwa jenis ini terakhir terlihat di Kalimantan Selatan pada tahun1851. "Dan kami pikir ini merupakan penemuan hebat untuk Kalimantan!", tegas Frans Jephi dari BSYOK
     Ibis ini dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Ibis rokoroko, sebaran secara lokalnya hanya di pulau Jawa, dan populasi yang tersisa tinggal sedikit di Pulau Dua. Burung ini masih berstatus resiko rendah dalam daftar merah IUCN (LC), akan tetapi burung ini sangat langka secara lokal. Hal tersebut bisa kita ukur dalam volume perjumpaan. "Semakin jarang satu jenis dijumpai menunjukan semakin jarang pula populasi yang ada, walau di beberapa negara jenis ini merupakan jenis yang umum!". Tambah Petrus Yopri dari BSYOK.
    Abdurahman menambahkan, bahwa kita mesti merasa bersyukur, Ketapang masih memiliki alam yang bagus sebagai sumber pakan bagi burung-burung air, walau di beberapa tempat mengalami degradasi. Hal ini sangat penting sebagai penunjang kehidupan satwa, kelestarian, dan menjadi kebanggaan kita bersama.