Senin, 07 September 2015

World Shorebirds Day 2015



Ketapang, KBK, 7/9/2015
     Hari Burung Pantai Sedunia (World Shorebirds Day) adalah pengamatan dan penghitungan serempak burung pantai di seluruh dunia yang diikuti secara sukarela oleh kelompok-kelompok pengamat burung dan pegiat konservasi. Pada tahun ini, kegiatan ini jatuh pada tanggal 4-6 September. Berbagai kelompok telah menyatakan ikut berpartisipasi hingga tanggal 3 September kemaren. WSD kali ini merupakan perayaan yang kedua, setelah tahun lalu berlangsung dengan antusias peserta yang cukup baik.
     Di Ketapang, pengamatan dan penghitungan burung pantai kali ini dilaksanakan di pantai Tuan-tuan. Walau hanya diikuti para pangamat burung lokal, namun cukup menarik, karena para peserta dapat menyaksikan burung pantai yang cukup banyak.
     "Sebenarnya ini baru permulaan burung bermigrasi berdatangan, minggu berikutnya akan lebih banyak lagi!" kata Yopri, seorang pengamat burung yang sudah sejak 2011 ikut bergabung di Birding Society Of Ketapang (BSYOK).
     Fenomena burung bermigrasi  terutama burung pantai, adalah fenomena yang sangat menarik. Kedatangan mereka juga menjadi pertanda akan tibanya musim barat (musim penghujan) yang ditandai dengan pasang surut yang terjadi di pagi hari. 
   "Kalau burung-burung ini sudah banyak (berdatangan), bisa berarti musim barat (angin bertiup dari barat) akan tiba!" kata Abidin, seorang nelayan yang berdomisili di sekitar area pengamatan.
    "Sebagai pengamat burung, hal yang paling penting adalah, bagaimana menjaga kelestarian burung bermigrasi dengan menjaga habitatnya. Hal ini lah sebenarnya pesan yang kita sampaikan lewat kegitan pengamatan ini!" kata Frans Doni, yang juga tergabung dalam BSYOK.
     "Kita bersyukur, kedatangan burung-burung ini juga menjadi indikator bahwa alam kita masih baik, ekosistem pantai masih terjaga. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya jenis  burung yang datang setiap tahun!" tambah Erik Sulidra, Ketua komunitas BSYOK.
Dia juga berharap, keseimbangan ekosistem ini akan terus terjaga, agar memberikan dampak juga pada kehudpan masyarakat di sekitar pantai, terutama nelayan. Karena dengan ekosistem yang baik, menandakan kebaikan pula buat kelangsungan hidup biota laut lainnya seperti ikan, udang dan kepiting.

Foto-foto :






Minggu, 10 Mei 2015

World Migratory Bird Day 2015

     

      World Migratory Bird Day, adalah Hari Burung Bermigrasi yang diperingati secara bersama-sama di seluruh dunia yang diikuti secara sukarela. Tahun 2015 ini peringatan tersebut jatuh pada tanggal 9 - 10 Mei,  yang mana pada tanggal ini, para pengamat dan pemerhati burung di seluruh dunia melakukan pengamatan serentak di daerah masing-masing.
      Di Indonesia, belasan kelompok pengamat burung ikut berpartisipasi setiap tahunnya. Dan di Kalimantan, komunitas pengamat burung di Ketapang selalu aktif ikut serta. World Migratory Bird Day 2015 kali ini, dilaksanakan di Pantai Air Mati Ketapang, Kalimantan Barat. Acara yang diikuti sekitar 35 peserta yang terdiri dari siswa-siswi SMP dan SMA di Ketapang ini berlangsung cukup khidmat. Acara ini diselenggarakan oleh Birding Society Of Ketapang (BSYOK) bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ketapang.
      Hari ini kegiatan diisi dengan materi tentang migrasi burung yang dipaparkan oleh Abdurahman Al Qadrie, dari KBK, kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai pelestarian lingkungan, terutama yang berkaitan dengan burung bermigrasi, dipandu oleh Erik Sulidra, dari BSYOK.
    Menurut Abdurahman, tujuan kegiatan ini untuk menggali minat generasi muda dalam mempelajari fenomena migrasi burung, sehingga bisa bermanfaat untuk mendukung upaya pelestarian habitat sebagai penunjang upaya perlindungan kepada masyarakat yang bergantung pada habitat tersebut.
      Acara pengamatan akan dilanjutkan di Pematang Gadung, "Ini merupakan upaya mengenalkan kepada siswa tentang pengamatan burung, serta manfaatnya!" Kata Frans Doni, anggota BSYOK.

Foto-foto kegiatan :



Sabtu, 25 April 2015

Peringatan Hari Bumi 2015

foto bersama beberapa saat sebelum penanaman

 Ketapang, KBK, 25/04/2015
     Lebih dari 80 siswa SDN 04 Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, yaitu pelajar kelas IV, V, dan VI yang tergabung dalam kegiatan Pramuka di Desa Pematang Gadung melakukan kegiatan penanaman pohon (Minggu, 12/04/2015) dalam rangka menyambut memperingati Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2015. Kegiatan ini dimaksudkan memberikan pemahaman dini kepada pelajar-pelajar sekolah dasar tersebut, untuk secara langsung menjadi pelaku dalam menjaga kelestarian serta berperan aktif menghadapi perubahan iklim.
    "Memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar langsung, misalnya melalui kegiatan penanaman ini. Adalah cara yang baik dan mudah dipahami anak didik, selain menumbuhkan budaya menanam, juga memotivasi peserta didik dalam ikut serta melestarikan lingkungan dan menyikapi perubahan iklim!" kata Nurhidayat. Spd, walik kelas VI yang juga Pembina Pramuka di SDN 04 M.H. Selatan.
      Penanaman dilakukan di Dusun Sungai Buluh Desa Pematang Gadung, yaitu di areal antara pinggiran sungai dan persawahan. Penanaman dimaksud untuk memperkaya jenis tanaman dan sebagai penjaga daerah tangkapan air. Penanaman yang ditargetkan dengan 2.000 pohon itu berlangsung sejak pagi hingga siang hari.
        Jenis pohon yang dipilih dalam kegiatan tersebut adalah jenis tananman yang mampu hidup di hutan gambut dataran rendah pasang surut. Pemilihan jenis pohon yang diutamakan adalah yang memiliki manfaat ekologis tinggi, selain sebagai penjaga daerah resapan air, juga diharapkan bermanfaat sebagai sumber pakan satwa liar seperti monyet, lutung, bekantan, orangutan, dan berbagai jenis burung serta mamalia lainnya.
     "Kita siapkan bibit dari jenis Madhuca motleyana (Ketiau), Diospyros sp (Kayu malam), Syzygium sp (Jambu-jambuan) untuk ditanam!" kata Abdurahman Al Qadrie, Ketua komunitas KBK.
     "Kita menyambut baik kegiatan ini, dan kalau bisa menjadi agenda rutin. Ini sangat penting bagi kebaikan semua!" kata Rizal, aktivis konservasi orangutan yang juga ikut berpartisipasi.

Foto-foto kegiatan :





Minggu, 25 Januari 2015

Berang-berang Langka Ditemukan di Ketapang


Ketapang, KBK, 25/01/2015
     Berang-berang adalah mamalia semi-akuatik (atau akuatik, pada salah satu jenisnya). Berang-berang terdiri dari beberapa marga anggota anak-suku Lutrinae, dari suku Mastelidae. Dengan tiga belas spesies dalam tujuh genus, berang-berang memiliki penyebaran hampir di seluruh bagian dunia. Mereka umumnya memakan hewan-hewan akuatik, terutama ikan dan kerang-kerangan, serta hewan-hewan invertebrata lainnya; terkadang juga amfibi, burung, dan mamalia kecil.
       Terdapat dua spesies berang-berang yang sering dijumpai di perairan Kabupaten Ketapang, yang paling umum adalah Berang-berang cakar-kecil (Aonyx cinerea). Sering dalam kelompok besar berburu mangsa bersama-sama. Dan Berang-berang wregul (Lutrogale perspicillata), biasanya dalam kelompok kecil atau berpasangan. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan populasi manusia, tentu saja berpengaruh pada habitat berang-berang. Hingga perjumpaan dengan hewan ini semakin jarang. 
       Di beberapa tempat hewan ini dianggap sebagai hama, karena menjadi predator di tempat-tempat pembudidayaan ikan. Hal ini disebabkan habitat yang semakin menyempit, memaksa hewan ini kemudian berburu makanan di tempat-tempat yang telah diusahakan manusia.
       Jenis yang paling langka adalah Berang-berang sumatera (Lutra sumatrana) atau dalam bahasa Inggrisnya Hairy-nosed Otter, beruntungnya pada tanggal 23 Januari 2015, pada saat melakukan observasi burung migrasi di wilayah Desa Air Hitam, Kecamatan Kendawangan, tanpa disengaja, hewan ini sempat dijumpai dan sempat didokumentasikan. 
     "Ini pertama kalinya saya melihat jenis ini, dan tentunya pertama kali bisa mendokumentasikan!" kata Erik Sulidra, Ketua Komunitas Pengamat Burung (BSYOK/Birding Society Of Ketapang) di Ketapang. Dia juga sempat ragu apakah jenis ini merupakan jenis berang-berang yang sering dijumpai, tapi dengan ukuran tubuh yang lebih besar membuat dia penasaran. Dengan bantuan beberapa teman yang memahami tentang mamalia, kemungkinan besar bisa dipastikan bahwa ini Berang-berang sumatera (Lutra sumatrana).  
      Jenis berang-berang ini tersebar di Asia Tenggara termasuk Sumatera dan Kalimantan, tapi populasinya semakin menurun, dan tidak pasti berapa jumlah individu yang tersisa hidup. Ini yang membuat status perlindungan Berang-berang sumatera (Lutra sumatrana) ini dalam tingkat terancaman punah (Endangered).
      "Semakin berkurangnya lahan basah sebagai habitat hewan ini, adalah penyebab utama berkurangnya populasi, walau kita tetap berharap, ada upaya-upaya penyelamatan terutama untuk hewan yang mendekati ambang kepunahan!" Tambah Abdurahman Al Qadrie, ketua Ketapang Biodiversity Keeping (KBK), yang juga baru pertama kali melihat berang-berang jenis ini.