Senin, 08 September 2014

Partisipasi Hari Burung Pantai Se-Dunia, Siswa Tanam Bakau


Ketapang, KBK, 08/09/2014
     Aksi nyata dalam konservasi memang dibutuhkan, selain berkampanye, membagikan pengetahuan juga melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya yang bersentuhan langsung terhadap objek. Sebut saja misalnya konservasi burung bermigrasi, selain menginformasikan kepada masyarakat sekitar habitat yang menjadi tempat persinggahan burung bermigrasi, tentang pentingnya konservasi burung tersebut, tidak kalah penting menjaga habitat dari kerusakan, apakah itu disebabkan alam maupun kegiatan manusia.
   Hari Burung Pantai se-Dunia atau "World Shorebird Day" yang buat pertama kalinya diselenggarakan sebagai even dunia pada tanggal 6 September 2014, diisi dengan kegiatan pengamatan dan penghitungan burung pantai secara serempak menyeluruh di seluruh dunia. Kegiatan tersebut sebagai upaya untuk membangkitkan kesadaran pentingnya pemantauan burung sebagai unsur perlindungan terhadap burung bermigrasi dan upaya konservasi habitat. Kegiatan dilakukan secara sukarela baik perorangan maupun organisasi yang mendaftarkan tempat pengamatan masing-masing yang tersebar di seluruh dunia dengan 337 tempat. Di Indonesia terdapat 11 titik, diantaranya 1 titik di Kalimantan, yaitu Ketapang.
   Organisasi yang ikut serta dalam kegiatan tersebut di Ketapang adalah sebuah perkumpulan pengamat burung dan penggiat koservasi yang tergabung dalam Ketapang Biodiversity Keeping (KBK). Kelompok ini merupakan satu-satunya kelompok pengamat burung yang mewakili Kalimantan dalam penghitungan dan pengamatan burung pantai dalam even kali ini.
     Kegiatan dimulai dengan  pengenalan jenis-jenis burung pantai yang bermigrasi melewati pesisir Ketapang, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan habitat hutan mangrove serta hubungannya sebagai penunjang kelestarian burung pantai. Setelah itu melakukan pengamatn dan penghitungan jenis dan individu burung yang terlihat. Terdapat 9 jenis burung pantai, 3 jenis burung air, dan 2 jenis burung laut. Semua merupakan burung-burung bermigrasi, yang bisa dilihat antara Agustus dan Mei setiap tahunnya.
      Kegiatan ditutup dengan melakukan penanaman pohon bakau dari jenis Rhizophora sp. Hal itu dikarenakan jenis ini merupakan vegetasi dominan dan penting dalam hutan mangrove, selain api-api (Avicennia sp), dan buta buta (Excoecaria agallocha). Seperti kita ketahui, hutan mangrove merupakan habitat penting penyangga kawasan pantai. Memiliki banyak manfaat ekologis seperti penahan abrasi, baik disebabkan gelombang dan angin. Juga sebagai tempat perlindungan hewan-hewan laut untuk berkembang biak. Tentunya keberadaan hutan mangrove menjadi sangat penting, bagi kelangsungan hidup burung dan sebagai penunjang kehidupan manusia. Tidak kurang 2.000 bibit dari buah bakau ditanam. Penanaman ini juga sebagai partisipasi terhadap kampanye 1 juta pohon, dengan tema Plant for The Planet - Trees For Climate Justice.

Foto-foto kegiatan :



     

      


Minggu, 07 September 2014

World Shorebirds Day di Ketapang




Ketapang, KBK, 07/09/2017
     Hari Burung Pantai se-Dunia atau World Shorebirds Day adalah pengamatan dan penghitungan serempak burung pantai di seluruh dunia yang dilakukan pada 6 September 2014. Diinisiasi oleh Gyorgy Szimuly, seorang pemerhati konservasi dari Hungaria. Kegiatan ini adalah kegiatan pertama di dunia untuk memberi pengetahuan dan penyadartahuan masyarakat akan pentingnya menjaga habitat burung bermigrasi, terutama burung pantai. 
     Pengamatan dan penghitungan burung pantai secara global adalah pristiwa penting dari Hari Burung Pantai se-Dunia. Ini bukan hanya dikhususkan bagi program sains, melainkan juga sebagai upaya untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya pemantauan burung sebagai unsur inti perlindungan burung dan upaya konservasi habitat.
     Saat ini ada 337 lokasi di seluruh dunia yang diterdaftar sebagai lokasi pengamatan atau lokasi penghitungan. Di Indonesia, ada 11 lokasi yang mengikuti kegiatan besar ini, antara lain 3 lokasi di Jawa, yaitu : Wonorejo, Surabaya; Pantai Trisik, Yogyakarta; Muara Gembong, Bekasi. Di Sumatera, bertempat di Bagan Percut, Medan. Di Bali dilaksanakan di Pulau Serangan, dan di Nusa Tenggara Timur bertempat di Teluk Kupang. Di Kalimantan terdapat satu lokasi, yaitu di Ketapang, Kalimantan Barat, serta 3 lokasi lainnya di Sulawesi yaitu : Pohowatu, Gorontalo, dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.
     Di Ketapang, Ketapang Biodiversity Keeping (KBK) yang dulu dikenal sebagai "Kawan Burung Ketapang" ikut melakukan kegiatan untuk berpartisipasi dalam even dunia ini. Kegiatan diisi dengan pendidikan lingkungan kepada siswa pecinta alam (SISPALA), pelatihan pengamatan burung, dan dilanjutkan dengan pengamatan dan penghitungan burung bermigrasi, serta penanaman bakau.
     "Belum banyak yang bisa dilihat, karena belum semua burung bermigrasi tiba di tempat ini!" Kata Erik, Ketua divisi Burung (BSYOK-Birding Society Of Ketapang) yang hadir dalam kesempatan itu.  Biasanya, menjelang pertengahan September, arus masuk burung bermigrasi akan semakin banyak. Dan momen ini bersamaan dengan waktu pengamatan bersama bagi pengamat burung di Ketapang, yang dikenal sebagai "Ketapang Migratory Bird Day" yang jatuh pada minggu pertama di bulan September setiap tahunnya, tambah Erik.
     Menanggapi penyebab banyaknya jenis burung bermigrasi yang singgah di pantai Ketapang, Frans Doni yang aktif sebagai anggota KBK mengatakan: "Pantai di Ketapang memiliki berbagai karakter, pantai dengan beting pasir merupakan habitat yang disukai Cerek pasir (Charadrius leschenaultii), Trinil pantai (Actitis hypoleucos), Trinil bedaran (Xenus cinereus) dan lain-lain, sedangkan pantai yang berlumpur, itu cocok bagi Trinil lumpur-Asia (Limnodromus scolopaceus), Tringa nebularia, Limosa limosa, dan beberapa jenis lain!".
     Pada saat penghitungan, beberapa jenis burung yang teramati antara lain :
1. Black-tailed Godwit (Limosa limosa), 30 individu,
2. Common Greenshank (Tringa nebularia), 7 individu,
3. Common Sandpiper (Actitis hypoleucos), 35 individu,
4. Terek Sandpiper (Xenus cinereus), 14 individu,
5. Greater Sand Plover (Charadrius leschenaultii), 40 individu,
6. Ruddy Turnstone (Arenaria interpres), 1 individu,
7. Curlew Sandpiper (Calidris ferruginea), 6 individu,
8. Common Redshank (Tringa totanus), 1 individu
9. Whimbrel (Numenius phaeopus) 3 individu.
Sementara Far Eastern Curlew (Numenius madagascariensis) dan Great Knot (Calidris tenuirostris) yang terlihat beberapa hari sebelumnya, tak terlihat pada saat penghitungan. Selain itu, terdapat juga beberapa jenis burung air seperti, Javan Pond Heron (Ardeola speciosa), Little Egret (Egretta garzetta), dan beberapa jenis burung laut dari family Sternidae.
    "Sekitar 22 jenis burung pantai yang pernah tercatat setiap tahun melintasi daerah pesisir Ketapang, namun baru beberapa jenis tersebut yang terlihat saat ini!" tutur Abdurahman Al Qadrie, Ketua Ketapang Biodiversity Keeping (KBK).
     "Kegiatan ini bersifat sukarela dan bisa diikuti siapa saja, baik individu maupun organisasi!". Kata Tamim, yang juga anggota KBK. 


Foto-foto kegiatan :

 

Selasa, 02 September 2014

Sispala Pematang Gadung Tanam Bakau

    
Ketapang, KBK, 02/09/2014
     Belajar sambil bekarya, itulah sebutan yang tepat saat anak-anak sispala Pematang Gadung yang tergabung dari pelajar-pelajar yang masih bersekolah di SD dan SMP ini melakukan kegiatan pecinta alam pada hari minggu, tanggal 31 Agustus 2014 di pesisir Sungai Besar, Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan belajar di alam, dimana setiap peserta dikenalkan jenis-jenis tanaman mangrove. Fungsi Hutan mangrove, dan kemudian melakukan penanaman bakau (Rhizophora sp), jenis tumbuhan penting yang mendominasi hutan mangrove.
     Para peserta juga diingatkan untuk selalu menerapkan janji dan kode etik sispala dalam kehidupan sehari-hari. "Kode etik itu tidak semata-mata dihapalkan atau diingat saja, tapi jauh lebih bermakna untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari!" kata Tri Nugroho, akrab dipanggil Bedu, pembina yang memberikan materi tentang ke-sispala-an kepada para peserta. Selain aktif sebagai pembina sispala, Bedu yang aktif di KBK (Ketapang Biodiversity Keeping) juga bekerja sebagai staff di Yayasan Palong, sebuah Lembaga Non Pemerintahan yang berkonsentrasi pada penyelamatan orangutan. Implementasi sederhana dalam menjaga kelestarian dapat dimulai dengan membudayakan untuk membuang sampah pada tempatnya, tambah Bedu.
    "Tidak hanya itu saja, bagaimana setiap peserta harus memiliki keterampilan dalam keberadaannya sebagai anggota sispala!" kata Abdurahman, Guru pembimbing yang ikut dalam kegiatan tersebut. Dia menambahkan, sudah semestinya anak-anak peserta didik memiliki kepekaan terhadap alam sekitar, bagaimana mereka memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi tumbuh-tumbuhan dan hewan yang terdapat di lingkungan sekitar mereka tinggal dan beraktivitas. Dan tentunya membutuhkan waktu yang relatif lama. Dan keterampilan itu yang pasti akan sangat berguna.
    Kegiatan ini juga sebagai partisipasi terhadap kegiatan penanaman pohon yang tergabung dalam Environmental Online (ENO), adalah sekolah virtual global dan jaringan untuk pembangunan berkelanjutan. Tema Lingkungan yang dipelajari sepanjang tahun ajaran dan kampanye diatur secara serentak di seluruh dunia. Lebih dari 10.000 sekolah dari 150 negara telah mengambil bagian sejak tahun 2000. Program ENO dikoordinasikan dan dikelola oleh ENO Association Program yang berbasis di kota Joensuu, Finlandia. Sekolah telah melakukan perbuatan nyata untuk lingkungan seperti menanam 15 juta pohon sejauh ini, bertujuan untuk merencanakan penanaman 100 juta pohon hingga 2017 di seluruh dunia.
   "Tentu saja kita merasa bangga dapat berpartisipasi sebagai satu-satunya sekolah di Kalimantan yang ikut tergabung dalam even besar seperti ini!" Kata Abdurahman selain bekerja sebagai guru di SDN 04 Matan Hilir Selatan, Ketapang, dia juga akif di KBK sebagai ketua.
     Ketika ditanya apa harapan dalam kegiatan ini, Fety Jayanti mengatakan, bahwa melalui kegiatan ekstrakurikuler ini tentunya menambah banyak pengetahuan, dan menjadi lebih peduli terhadap lingkungan. 

Foto dokumentasi kegiatan :




Senin, 25 Agustus 2014

Alumni SDN 04 Peringati Hari Orangutan se-Dunia






Ketapang, KBK, 25/08/2014
     Orangutan  (Pongo pygmaeus) merupakan satwa endemik Kalimantan. Keberadaan orangutan mempunyai arti tersendiri, selain merupakan satu-satunya jenis Kera besar (Great Ape) yang ada di Asia, orangutan juga menjadi indikator keseimbangan sebuah ekosistem. Sebagai spesis payung, hampir bisa dipastikan, jika orangutan masih ada dalam suatu kawasan, berarti kawasan tersebut masih merupakan tempat hidup yang layak bagi satwa lainnya.
     Hari Orangutan se-Dunia (World Orangutan Day) yang jatuh pada selasa tanggal 19 Agustus 2014 diperingati dengan bermacam-macam kegiatan oleh berbagai stakeholder di Ketapang, baik itu kampanye tentang perlindungan orangutan dan habitat serta berbagai kegiatan lainnya.
     Ketapang Biodiversity Keeping atau yang lebih dikenal sebagai "Kawan Burung Ketapang" (KBK) melakukan kegiatan bersama para alumnus SDN 04 Matan Hilir Selatan. Dipilihnya SDN 04 yang terletak di Desa Pematang Gadung di karenakan desa ini berbatasan langsung dengan Hutan Desa (sedang dalam proses), yang merupakan habitat orangutan terpadat ke-5 di Kalimantan Barat (berdasarkan survey sementaraYIARI-2013) dengan sebaran sekitar 3,8 individu per kilometer persegi, demikian penjelasan Abdurahman Al Qadrie, Ketua KBK yang juga alumnus SDN 04 30 tahun silam.
"Kegiatan ini terpaksa harus kita mundurkan ke tanggal 23-24 Agustus 2014 (sabtu-minggu), karena banyak para peserta masih aktif berkegiatan di sekolah masing-masing!" kata Abdurahman yang akrab dipanggil Doi.
     Sejumlah 15 peserta yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Kegiatan dimulai sabtu sore tanggal 23 Agustus 2014 dengan agenda susur sungai ke dalam kawasan hutan desa. Malam harinya kegiatan berupa pemberian materi untuk pembekalan bagi siswa pecinta alam (sispala) yang saat ini masih bersekolah di SMP dan SMU.
     "Ini merupakan awal pengenalan bagi siswa yang masih bersekolah di SMP, dan akan dilanjutkan dengan materi untuk sispala pada kegiatan-kegiatan berikut!" kata Bedu, pemateri pada acara peringata Hari Orangutan se-Dunia tersebut. Selain aktif di KBK, Bedu juga bekerja sebagai staf di Yayasan Palung, sebuah organisasi non pemerintah yang kegiatannya terfokus pada pelestarian orangutan.
     Pada saat memasuki hutan, hanya bekas-bekas sarang orangutan yang bisa dilihat, baik sarang yang baru maupun sarang lama. Orangutannya sendiri hanya terdengar suaranya, begitu juga dengan Owa. Primata lain yang dapat dilihat berupa Bekantan (Nasalis larvatus), kera hidung mancung yang merupakan primata endemik Kalimantan, juga Kera ekor panjang, dan lutung. Selain itu terlihat juga berbagai jenis burung.
     "Ini kegiatan pertama tentang pecinta alam yang saya ikuti, dan sangat menarik. Selain mendapat banyak pengetahuan kita juga menjadi lebih peduli pada lingkungan sekitar!" kata Fety, siswi kelas 2 yang saat ini masih bersekolah di MTs N 02 Sungai Besar.
     "Untuk kegiatan selanjutnya, akan lebih banyak lagi yang akan berpartisipasi. Karena sangat berguna untuk mengenal lebih banyak hewan yang selama ini hanya tau namanya saja!" Kata Winda, siswi kelas 1 SMP N 07 Matan Hilir Selatan.
     Pagi harinya kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan dasar beberapa jenis tumbuhan hutan yang merupakan sumber pakan bagi orangutan.
     "Andai kegiatan ini sudah ada sejak kami SD, pasti akan lebih bermanfaat buat saya sekarang!" kata Fauzi, alumni SDN 04 yang juga ikut dalam kegiatan tersebut, saat ini sedang aktif sebagai mahasiswa semester III fakultas kehutanan, UNTAN.

Foto-foto kegiatan :




Sabtu, 16 Agustus 2014

Burung Migrasi Melewati Ketapang





Ketapang, KBK,15/08/2014
      Fenomena migrasi burung pantai terjadi setiap tahun, antara Juli hingga April. Migrasi atau perpindahan burung-burung pantai ini disebabkan beberapa hal, terutama faktor cuaca ditempat asal burung-burung tersebut berbiak (breeding area) memasuki musim dingin, faktor mencari ketersediaan makanan juga menjadi penyebab utama. 
     "Mulai dari Siberia, Alaska, Asia Utara, burung-burung ini menuju Australia dan Selandia Baru. Perjalanan migrasi ini mencapai waktu 8-9 bulan mulai dari pergi dan kembali lagi ke tempat asal mereka untuk berbiak. Beberapa diataranya bertahan di pantai-pantai di Ketapang selama musim migrasi!" kata Abdurahman, Ketua KBK (Ketapang Biodiversity Keeping).
     Sekitar 26 jenis dari sekian banyak jenis burung pantai yang bermigrasi dari belahan bumi utara menuju belahan bumi selatan, melalui pesisir Ketapang. Fenomena ini tentunya menjadi sangat menarik, selain untuk para pengamat burung, di beberapa tempat kehadiran burung migrasi ini menjadi pertanda alami untuk menyesuaikan aktivitas masyarakat, misalnya momen untuk memulainya pengelolaan sawah, dan perkiraan musim bagi nelayan. 
     "Jenis burung yang melalui pantai Ketapang bervariasi setiap tahunnya, kisarannya sekitar 26 jenis itu lah. Kadang ada jenis yang tahun lalu terlihat, tapi di tahun ini tidak. Atau sebaliknya. Namun demikian, sebagian besar merupakan jenis yang sama setiap tahunnya" Kata Erik, dari Birding Society Of Ketapang (BSYOK).
     Di banyak negara, momen ini menjadi agenda tetap tahunan bagi kegiatan pariwisata. Tentu saja hal ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi ekonomi masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan, dan pengelolaan lingkungan yang lestari. Karena apabila habitat rusak dan tercemar, sudah bisa dipastikan burung-burung itu tidak akan bertahan.
      Pengamatan di lakukan sejak sabtu 9 Agustus 2014, baru terlihat 5 individu atau Trinil pantai, pada minggu 10 Agustus 2014, terlihat 30 individu Trinil pantai. 
     "Ini hanya monitoring awal yang dilakukan. Puncak arus migrasi sendiri sekitar bulan oktober!" tambah Abdurahman. KBK dan BSYOK adalah komunitas yang aktif memonitoring burung migrasi di pesisir Ketapang.
     Pada pengamatan Jumat, 15 Agustus 2014, sudah berdatangan berbagai jenis burung migrasi. Diantaranya, Pacific Golden Plover (Pluvialis fulva) 1 individu, Greater Sand Plover (Charadrius leschenaultii) 55 individu, Lesser Sand Plover (Charadrius mongolus) 5 individu, Curlew Sandpiper (Calidris ferruginea) 3 individu, Common Sandpiper (Actitis hypoleucos) 10 individu, Terek Sandpiper (Xenus cinereus) 20 individu, dan Great Knot (Calidris tenuirostris)1 individu. Sedangkan Malaysian Plover (Charadrius peronii)  4 individu merupakan burung pantai penetap yang terdiri dari 2 dewasa dan 2 anakan. Sedangkan jenis yang paling awal datang adalah Wood Sandpiper (Tringa glareola), tapi jarang ditemukan di pantai, mereka lebih menyukai habitat rawa semak dan paya.

Minggu, 10 Agustus 2014

Penanaman Bakau Siswa SDN 04 Pematang Gadung


Ketapang, 09/08/2014, KBK
     Tidak kurang dari 40 siswa SDN 04 Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. SDN 04 yang terletak di Desa Pematang Gadung ini, melakukan penanaman bakau di pantai Desa Sungai Besar, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, pada hari sabtu, tanggal 9 agustus 2014. Kegiatan ini dalam rangka melakukan pendidikan lingkungan sebagai pembelajaran tambahan muatan lokal upaya pengenalan ekosistem pantai kepada siswa SD. 
     "Melalui kegiatan ini, siswa dapat menjelaskan pentingnya pohon-pohon bakau sebagai pencegahan abrasi akibat gelombang dan angin, serta manfaat lain sebagai habitat berkembang biak bagi biota laut di sekitar pantai!" jelas Abdurahman, guru pembimbing yang memediasi kegiatan tersebut. 
     "Penting juga buat pemahaman dini terhadap konservasi bagi siswa, bagaimana kelangsungan hidup semua komponen dalam ekosistem merupakan penunjang hidup bagi manusia!" Tambah Nurhidayat S.Pd, wali kelas VI SDN 04 yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
     Kegiatan ini juga merupakan partisipasi terhadap program penanaman pohon yang dilakukan Environment Online (ENO). ENO sendiri menggalang jaringan kepedulian anak sekolah diseluruh dunia secara online, melakukan penanaman pohon di sekitar sekolah yang ikut beraktivitas. sejauh ini sudah ada 196 negara yang terlibat, termasuk Indonesia. Dan untuk Kalimantan sendiri, SDN 04 merupakan sekolah pertama yang ikut bergabung. 
     Selain siswa SD, para guru, juga terdapat beberapa anggota komunitas "Ketapang Biodiversity Keeping" atau Kawan Burung Ketapang (KBK) yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
     "Tak kalah penting juga, bagaimana hal ini akan menjadi kebiasaan dan pola pikir anak didik yang diharapkan bisa diterapkan sehingga mereka dewasa!" Tambah Endro Setiawan, aktivis KBK yang juga ikut bergabung dalam kegiatan tersebut.
     Penanaman secara sukarela yang di lakukan ini dengan tema "Plant For The Planet - Trees For Climate Justice". Adapun jenis pohon bakau yang ditanam adalah dari jenis Rhizopora sp.

Berikut foto-foto kegiatan penanaman bakau :
 




Minggu, 11 Mei 2014

World Migratory Bird Day 2014

     

     World Migratory Bird Day, adalah Hari Burung Bermigrasi yang diperingati secara bersama-sama di seluruh dunia yang diikuti secara sukarela. Tahun 2014 ini peringatan tersebut jatuh pada tanggal 10 - 11 Mei,  yang mana pada tanggal ini, para pengamat dan pemerhati burung di seluruh dunia melakukan pengamatan serentak di daerah masing-masing.
      Di Indonesia, belasan kelompok pengamat burung ikut berpartisipasi setiap tahunnya. Dan di Kalimantan, komunitas pengamat burung di Ketapang selalu aktif ikut serta. World Migratory Bird Day 2014 kali ini, dilaksanakan di Pantai Air Mati Ketapang, Kalimantan Barat. Acara yang diikuti sekitar 30 peserta yang terdiri dari siswa-siswi dan SMA di Ketapang dan Relawan dari Yayasan Palong ini berlangsung dengan seksama. Acara ini diselenggarakan oleh Birding Society Of Ketapang (BSYOK) bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ketapang.
      Hari ini kegiatan diisi dengan materi tentang migrasi burung yang dipaparkan oleh Erik Sulidra, dari BSYOK,  kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai pelestarian lingkungan, terutama yang berkaitan dengan burung bermigrasi, dipandu oleh  Abdurahman Al Qadrie, dari KBK, .
    Menurut Abdurahman, tujuan kegiatan ini untuk menggali minat generasi muda dalam mengenalkan dan mempelajari fenomena migrasi burung, sehingga bisa bermanfaat untuk mendukung upaya pelestarian habitat sebagai penunjang upaya perlindungan kepada masyarakat yang bergantung pada habitat tersebut.
      Acara pengamatan dilaksanakan di Pantai Air Mati, "Ini merupakan upaya mengenalkan kepada siswa tentang pengamatan burung, serta manfaatnya!" Kata Frans Doni, anggota BSYOK.

Foto-foto kegiatan :


Jumat, 02 Mei 2014

SDN 04 Terima Kunjungan Dari Malaysia



Ketapang, 02/05/2014, KBK
  Sekolah Dasar Negeri 04 Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, terima kunjungan guru dari Malaysia. Pasalnya, SDN 04 yang terletak di Desa Pematang Gadung ini memiliki kepedulian pada pelestarian lingkungan, yaitu dengan melakukan pembibitan kayu hutan yang berguna bagi binatang, terutama orangutan dan hewan lainnya.
  Menurut Abdurahman Al Qadrie, guru pembimbing yang selama ini aktif mengarahkan anak-anak untuk melakukan pembibitan ini, penanaman pohon bukan hanya bermanfaat sebagai penghijauan, tapi juga harus memiliki manfaat ekologis, yang berdampak pada makhluk hidup sekitaranya. Hal ini mendukung upaya pelestarian berbagai jenis hewan. walau pun kegiatan ini belum pada tahap penanaman.
  Rombongan terdiri dari Balu Perumal dari Birdlife International Malaysia, Cek Gu Kalaimani Supramaniam selaku Direktur ENO untuk Asia dan Oceania, dan Sherlita Daguisonan dari Philipina. Setelah bertemu Kepala Sekolah menyampaikan misi ENO (Environment Online), mereka juga bertemu siswa sekolah untuk menyampaikan tujuan kunjungan mereka.
     Environment Online (ENO), sendiri menggalang jaringan kepedulian anak sekolah diseluruh dunia secara online, melakukan penanaman pohon di sekitar sekolah yang ikut beraktivitas. sejauh ini sudah ada 196 negara yang terlibat, termasuk Indonesia. Dan untuk Kalimantan sendiri, SDN 04 merupakan sekolah pertama yang ikut bergabung. 
    Dalam sambutannya, Kepala Sekolah SDN 04 mengharapkan, kepedulian ini juga akan diikuti sekolah-sekolah lainnya di Ketapang. Menurut dia, kegiatan ini sangat bagus dimana selama ini kepedulian untuk menanam sudah mulai pudar. 


 




Kamis, 03 April 2014

Siswa Peduli Orangutan


Ketapang, KBK, 04/04/2014
     Tidak kurang 50 siswa dari SDN 04 Matan Hilir Selatan, Ketapang, pada hari kamis, 3 April 2014 ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyemaian bibit tanaman hutan pohon pakan orangutan di Pematang Gadung. Kegiatan ini merupakan implementasi dari program bersama Multi Stakeholder Forum (MSF) atau yang selama ini dikenal dengan "Sekretariat Bersama", bersama USAID-IFACS.
     Kegiatan penyemaian ini merupakan tindak lanjut dari rencana aksi Landscape Conservation Plan (LCP) untuk Pematang Gadung yang memiliki kawasan hutan gambut dengan nilai konservasi tinggi (NKT). Tujuan utamanya adalah pengayaan jenis tumbuhan yang memiliki manfaat ekologis bagi kawasan tersebut.
     Jenis yang menjadi prioritas adalah Diospyros sp.(kayu malam) dan Ganua motleyana (Nyatuh ketiau). Karena jenis ini merupakan sumber pakan bagi primata dan binatang lainnya.
    "Kegiatan dengan mengikut-sertakan siswa SD ini bertujuan agar aksi konservasi dikenal sejak dini, hingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada peserta didik sebagai generasi penerus!" kata Abdurahman Al Qadrie, ketua KBK.
    Jumlah target bibit sendiri adalah 25.000 pohon. Yang rencana akan ditanam pada oktober mendatang.

Sabtu, 15 Maret 2014

Rekod Baru Cekakak belukar


Ketapang, 15 Maret 2014
     Kebanyakan burung bermigrasi yang datang dan melalui Ketapang setiap tahunnya memiliki pola migrasi yang jelas dengan akurasi waktu dan tempat yang hampir bisa dipastikan. Hal tersebut tentu dipengaruhi berbagai faktor antara lain pergantian musim, angin, cuaca, ketersediaan pakan, dan habitat. 
    "Berbeda dengan jenis burung yang satu ini, belum banyak informasi yang dapat kita kumpulkan tentang keberadaannya!" kata Erik Sulidra, ketua BSYOK.
     Burung yang dimaksud adalah jenis dari Cekakak (family Halcyonidae), yaitu Cekakak belukar atau dalam nama Inggrisnya White-throated Kingfisher (Halcyon smyrnensis). Burung tersebut baru beberapa kali terlihat di wilayah kabupaten Ketapang. Jenis ini tersebar di Eurasia, mulai dari Bulgaria, Turki, Asia barat, India hingga ke Filipina.
   "Pertama kali terlihat pada akhir november 2008 di Pematang Gadung, saat itu kami melakukan pengamatan bersama Bas Van Balen, selanjutnya, di awal 2013, terlihat di Tuan-tuan, awal 2014 terlihat lagi di Pematang Gadung masing-masing hanya satu individu. Dan di pertengahan Februari ini saya melihat 3 individu di sekitar Danau Buntar, Kecamatan Kendawangan - kecamatan paling selatan di Ketapang!" jelas Abdurahman Al Qadrie, dari KBK.
     Temuan ini masih menimbulkan spekulasi tentang apakah burung ini penetap atau migran? Menurut Abdurahman sendiri, kemungkinan migran, karena tidak ditemui pada bulan-bulan yang lain. Umumnya burung air bermigrasi antara akhir agustus hingga april. Jenis ini memang sedikit sekali jumlahnya hingga tidak menutup kemungkinan  luput dari pengamatan.
    Jenis cekakak yang bersaudara dekat dengan Cekakak endemik Jawa ini (Halcyon cyaniventris), merupakan jenis yang dilindungi walau statusnya masih dinyatakan beresiko rendah (LC). Perlindungan tersebut diatur  menurut Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999. Namun demikian, keterancaman akibat perubahan pungsi lahan basah membuat banyak dari jenis burung air mengalami kepunahan secara perlahan-lahan. 

Kamis, 23 Januari 2014

Rekod Baru untuk Black-headed Gull (Chroicocephalus ridibundus)

Black-headed Gull, Juvenile

Ketapang, 23/01/2014, KBK
       Ketapang Biodiversity Keeping (KBK) bersama Birding Society Of Ketapang (BSYOK) melakukan pengamatan untuk sekedar berpartisipasi dalam even Asian Waterbird Census (AWC) 2014, yang dimulai sejak 2 Januari hingga 26 Januari 2014 ini. Beberapa jenis burung air yang umum dijumpai setiap tahunnya selalu tiba kembali ke kawasan lahan basah di Ketapang. Kebanyakan jenis burung air ini adalah jenis burung bermigrasi.
     "Kita hanya berpartisipasi saja, walau data pengamatan kita hanya untuk komunitas, jadi tidak di-share kemana pun!" kata Erik dari BSYOK.
     Dalam beberapa minggu di awal 2014 ini, hal yang paling menarik adalah saat para pengamat burung menemukan Camar kepala hitam yang nama Inggrisnya Black-headed Gull (Chroicocephalus ridibundus) atau synonim nama ilmiahnya Larus ridibundus, tepatnya pada tanggal 22 Januari 2014.
Jenis ini memang umum di tempat lain di belahan dunia ini, tetapi jarang dijumpai di perairan laut Indonesia. Terutama menjadi catatan baru bagi Kalimantan.
     Burung ini berbiak di Eropa dan Asia, juga bagian timur Kanada, pada musim dingin bermigrasi ke Amerika bagian utara, serta peraiaran di laut Asia.
    "Penemuan jenis ini menambah catatan kami, beberapa jenis burung yang tidak atau belum pernah teramati selama ini, ternyata ada di Ketapang!" kata Jephi, dari BSYOK.
    "Ini merupakan indikator keseimbangan ekosistem yang relatif masih terjaga, semakin banyak jenis burung yang dijumpai menandakan ketersedian pakan bagi burung-burung tersebut masih cukup!" tambah Andhy PS, yang akrab dipanggil Alek.
    "Sebenarnya pendataan jenis merupakan target kita untuk mengetahui jumlah jenis burung yang ada di Ketapang, dengan adanya jenis yang menjadi catatan baru menyadarkan kita, betapa kayanya flora dan fauna yang ada di Ketapang yang belum diteliti sebelumnya. Dan kewajiban kitalah untuk menjaga agar mereka tetap lestari!" tambah Abdurahman Al Qadrie, Ketua KBK.

Foto-foto :







Jumat, 17 Januari 2014

Penyelamatan Anak Orangutan


Pematang Gadung, 17/01/2014, KBK

    Lembaga Kelola Hutan Desa Pematang Gadung, hari ini membawa penyerahan satu individu anak orangutan yang berumur diperkirakan paling tinggi 2 tahun untuk dibawa ke Kantor BKSDA Seksi  I Kalimantan Barat di Ketapang. 
     "Masyarakat di sekitar sangat peduli pada orangutan ini, sehingga mendesak kami untuk mengecek kebenaran informasi keberadaan orangutan ini. Ini berdasarkan seringnya masyarakat memberikan informasi untuk segera menyelamatkan orangutan tersebut"! Kata Rizal, anggota Lembaga Kelola Hutan Desa Pematang Gadung.
     Kejadian ini berlangsung saat warga Desa Pematang Gadung mendapat informasi tentang keberadaan pemeliharaan anak orangutan tersebut sekitar 5 bulan lalu, karena lokasinya sulit diakses, untuk itu dari Pihak BKSDA meminta kepada Lembaga Kelola Hutan Desa untuk memastikan keberadaan kebenaran informasi itu. 

    Pada tanggal 15 Januari 2014, 4 orang dari Lembaga Kelola Hutan Desa berangkat menuju Lokasi pertambangan, dan paginya pada tanggal 16Januari 2014 mereka baru tiba di lokasi pertambangan illegal tersebut. Sekitar pukul 8 malam, setelah menggumpulkan semua informasi, Lembaga Kelola Hutan Desa Pematang Gadung baru bisa menemui pemilinya dan diserahi orangutan tersebut. 
    Melalui telfon, Rizal, dari Lembaga Kelola Hutan Desa menghubungi orang BKSDA Ketapang untuk memberitakan kebenaran informasi keberadaan orangutan. Dengan berbagai pertimbangan, termasuk sulitnya akses ke lokasi, Lembaga Kelola Hutan Desa Pematang Gadung kemudian membawa anak orangutan tersebut ke Kantor BKSDA Ketapang, dan baru tiba sekitar pukul 16.00 hari ini.
     Orangutan tersebut rencananya secepatnya akan diserahkan ke Pusat Rehabilitasi orangutan di Sungai Awan Ketapang. 
     "Kerjasama dengan masyarakat dan dukungan mereka terhadap kepedulian pada orangutan sangat berarti bagi perlindungan makhluk yang dilindungi ini!" Kata Wahyu Saputra, anggota Lembaga Kelola Hutan Desa Pematang Gadung.

Rabu, 08 Januari 2014

Tyto longimembris, Rekod Baru Kalimantan



Pematang Gadung, 08/01/2014, KBK
     Eastern Grass Owl atau dikenal juga dengan Australian Grass Owl yang nama ilmiahnya Tyto longimembris ini merupakan burung yang sangat menarik bagi para pengamat burung (twitcher-red) di Ketapang. Pasalnya, burung jenis ini merupakan catatan baru bagi Pulau Kalimantan. Burung dari keluarga Tytonidae ini dikenal sebelumnya tersebar di kawasan Asia tenggara, Australasia dan Pasifik barat.
     "Sebenarnya burung ini merupakan jenis penetap yang sudah lama, sejak dulu sudah ada dalam cerita-cerita lokal dan sering dijumpai dengan nama lokal Lang Ketupik!" kata Abdurahman Al Qadrie, Ketua KBK. Memang terakhir saya lihat di Pematang Gadung tahun 2009, dan sangat beruntung hari ini kita melihat lagi, tambahnya. 
     Menurut Abduirahman, pada siang hari burung ini sangat jinak, karena jenis ini termasuk burung pemangsa yang aktif di malam hari (nocturnal). Merupakan pemangsa tikus yang hebat, hingga kelestarian jenis ini sangat menguntungkan pertanian. Mendiami tempat terbuka, seperti lahan pertanian yang banyak ditumbuhi rumput, lebih banyak menghabiskan waktu di permukaan tanah, jarang sekali terlihat terbang.
    Beberapa pengamat burung lain yang mendapat informasi terlihatnya burung ini langsung saja menyempatkan diri untuk mengabadikan fotonya. Sebut saja Erik, dari Sukadana langsung menuju ke lokasi, dalam jarak tempuh lebih dari 80 km.
    "Tentu saja saya sangat beruntung, setelah beberapa tahun mengamati burung, baru kali ini bisa melihat langsung!" katanya penuh semangat.
     "Ini pengalaman yang sangat menarik, karena tidak semua orang dapat kesempatan melihatnya!" kata Alipius Edy.,
     Karena jarang terlihat, hingga jenis ini menjadi semacam cerita saja yang berkembang di masyarakat, mengenal namanya tanpa pernah melihat bentuk aslinya. Mereka percaya kalau burung ini (Lang Ketupik) mengepak-ngepakkan sayapnya hingga mengeluarkan suara seperti tabuhan gendang, ada hantu yang menari di sekitarnya. 
   "Tentu saja itu mitos!" kata Abdurahman. Namun itu kearifan lokal yang perlu disikapi bijaksana, karena kepercayaan seperti itu ikut menjadi media pelestarian jenis ini, tambahnya.